![]() |
Sumber Foto: Kolekasi Pribadi Penulis |
Oleh: Siti Hajar
Ada yang berbeda dari lebaran tahun ini di Aceh. Suasana di Banda Aceh terasa lebih hidup, lebih ramai, dan lebih hangat oleh kehadiran sanak saudara yang datang dari jauh. Semua ini tak lepas dari peran penting Tol Sibanceh, atau ruas tol Sigli-Banda Aceh, yang kian hari kian menunjukkan manfaat nyatanya bagi masyarakat.
Ruas tol ini menjadi penghubung vital yang mempercepat akses dari arah timur Aceh hingga ke jantung ibukota provinsi. Mereka yang datang dari Lhokseumawe, Langsa, bahkan Medan, tak lagi harus berjam-jam terjebak dalam kepadatan jalan nasional. Waktu tempuh yang dulunya terasa melelahkan kini terasa lebih singkat, nyaman, dan aman. Jalan tol yang mulus, berpemandangan perbukitan dan persawahan, mengantar keluarga demi keluarga menuju tempat silaturahmi dan liburan mereka.
Lebaran memang selalu menjadi momen istimewa. Tapi tahun ini, keramaian Banda Aceh terasa seperti menghidupkan kembali denyut wisata, kuliner, dan ekonomi lokal. Rumah makan khas Aceh penuh dengan pengunjung, warung kopi ramai hingga malam hari, dan tempat-tempat wisata dipadati keluarga-keluarga yang ingin menikmati kebersamaan. Semua ini didorong oleh satu hal: akses yang mudah dan cepat, berkat Tol Sibanceh.
Yang menarik, ruas tol Seulimum–Padang Tiji, yang selama ini belum difungsikan secara penuh, juga dibuka khusus selama hari raya. Meskipun hanya beroperasi dari pukul 08.00 hingga 17.00, kemudahan ini benar-benar terasa. Masyarakat dari kawasan Pidie yang hendak ke Banda Aceh, atau sebaliknya, bisa melintasi jalur ini dengan waktu yang jauh lebih singkat.
Namun bagaimana dengan mereka yang kepagian sebelum jam delapan pagi, atau yang terlambat melintasi setelah pukul lima sore? Tidak perlu berkecil hati. Begitu keluar dari tol Seulimum, para pemudik dan wisatawan bisa menikmati jeda sejenak di kawasan Lembah Seulawah Saree, tepatnya di Warung Kopi atau Café Cikgu yang terkenal itu.
Di sinilah kehangatan Aceh terasa kembali dalam secangkir kopi. Tempat ini bukan sekadar persinggahan, tetapi menjadi ruang perhentian yang menyenangkan. Udara sejuk pegunungan, aroma kopi arabika yang khas, serta suasana tenang di antara hijaunya perbukitan menjadi pengalaman tersendiri yang sulit dilupakan. Bagi para sopir yang menempuh perjalanan jauh, menikmati kopi bukan hanya soal selera, tapi kebutuhan. Menjaga agar mata tetap terjaga, agar tubuh tetap bertenaga, dan semangat kembali menyala.
Café Cikgu bukan hanya tempat minum kopi, tapi juga tempat berbagi cerita perjalanan, menyusun rencana kunjungan, atau sekadar bersantai sebelum kembali ke kendaraan. Tempat ini seperti menyapa setiap pelintas jalan: “Selamat datang di Aceh, nikmatilah setiap tapaknya.”
Tol Sibanceh bukan hanya jalan raya. Ia adalah jalan penghubung silaturahmi, jalan menuju kampung halaman, dan jalan menuju kebangkitan ekonomi lokal. Setiap kendaraan yang melintas di atasnya bukan hanya mengejar waktu tempuh, tapi juga membawa cerita pulang, pertemuan, dan harapan.
Dan Banda Aceh, yang kini semakin mudah dijangkau, kembali bersolek menjadi tujuan favorit libur lebaran. []