7 Fakta Masjid Kuno Beuracan-Pidie Jaya


 
Sumber Foto: Koleksi Pribadi Penulis

Oleh: Siti Hajar

Masjid Kuno Beuracan, juga dikenal sebagai Masjid Teungku Di Pucok Krueng, adalah salah satu masjid bersejarah yang terletak di Desa Teupin Peuraho, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1622 Masehi pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda oleh Teungku Abdussalim, seorang ulama asal Madinah yang dikenal dengan sebutan Teungku Di Pucok Krueng.

Arsitektur masjid ini mencerminkan gaya tradisional Aceh dengan struktur panggung yang terbuat dari kayu jati. Atapnya berbentuk tumpang tiga, didukung oleh 16 tiang utama berbentuk segi delapan yang kokoh. Dinding masjid dihiasi dengan ukiran dekoratif motif Aceh dan sulur-suluran, menambah nilai estetika bangunan ini.

Masjid Beuracan tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pengajaran agama Islam dan pengembangan pertanian pada masanya. Teungku Abdussalim, selain sebagai ulama, juga dikenal ahli dalam bidang pertanian. Beliau mengajarkan teknik bercocok tanam kepada masyarakat setempat, yang membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.

Di dalam masjid, terdapat peninggalan bersejarah berupa sebuah guci kuno yang dibawa langsung dari Madinah oleh Teungku Abdussalim. Guci ini digunakan sebagai tempat penampungan air untuk berbagai keperluan, termasuk wudhu. Masyarakat setempat meyakini bahwa air dalam guci tersebut memiliki khasiat penyembuhan.

Meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran, Masjid Beuracan tetap mempertahankan bentuk aslinya. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1947, diikuti oleh pemugaran berikutnya pada tahun 1952 dan 1990, tanpa mengubah struktur utama masjid.

Hingga kini, masjid ini masih aktif digunakan untuk kegiatan ibadah dan menjadi saksi bisu sejarah penyebaran Islam di Aceh.

Informasi terbaru mengenai kondisi Masjid Kuno Beuracan di Pidie Jaya menunjukkan bahwa masjid ini tetap berdiri kokoh dan terus digunakan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat setempat. Meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran, masjid ini berhasil mempertahankan bentuk aslinya. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1947, diikuti oleh pemugaran berikutnya pada tahun 1990, tanpa mengubah struktur utama masjid.

Pada tahun 2016, gempa berkekuatan 6,5 SR mengguncang Pidie Jaya, menyebabkan banyak bangunan di sekitarnya rusak. Namun, Masjid Beuracan tetap berdiri kokoh. Tiang penyangga dan atap kayu masjid tetap utuh, meskipun beberapa bagian konstruksi beton mengalami retak dan roboh.

Hingga saat ini, Masjid Beuracan masih aktif digunakan untuk kegiatan ibadah dan menjadi saksi bisu

Masjid Kuno Beuracan di Pidie Jaya memiliki beberapa kelebihan dan keunikan yang membuatnya istimewa:

1. Usia yang Sangat Tua (Lebih dari 400 Tahun)

Masjid ini dibangun sekitar tahun 1622 M pada masa Sultan Iskandar Muda, menjadikannya salah satu masjid tertua di Aceh dan Indonesia. Keberadaannya menjadi bukti sejarah perkembangan Islam di Aceh.

2. Arsitektur Khas Aceh

  • Bentuk Panggung: Berbeda dengan masjid-masjid modern, Masjid Beuracan memiliki struktur panggung dengan tiang-tiang kayu jati kokoh.
  • Atap Bertingkat (Tumpang Tiga): Ciri khas masjid kuno di Aceh, mencerminkan pengaruh budaya Islam dan Melayu.
  • Tiang Kayu Berukir: Masjid ini memiliki 16 tiang utama berbentuk segi delapan dengan ukiran khas Aceh.

3. Dibangun oleh Ulama dari Madinah

Masjid ini didirikan oleh Teungku Abdussalim, seorang ulama dari Madinah yang dikenal dengan sebutan Teungku Di Pucok Krueng. Selain menyebarkan Islam, ia juga mengajarkan teknik pertanian kepada masyarakat sekitar.

4. Bertahan dari Gempa Besar

Pada tahun 2016, gempa berkekuatan 6,5 SR mengguncang Pidie Jaya dan merusak banyak bangunan. Namun, Masjid Beuracan tetap berdiri kokoh, menunjukkan kekuatan konstruksi tradisionalnya.

5. Memiliki Peninggalan Bersejarah

Di dalam masjid terdapat guci kuno yang konon dibawa langsung dari Madinah oleh pendirinya. Guci ini dipercaya memiliki khasiat, terutama air yang ditampung di dalamnya.

6. Masih Berfungsi sebagai Tempat Ibadah

Meskipun usianya sudah sangat tua, masjid ini tetap aktif digunakan untuk shalat dan kegiatan keagamaan lainnya oleh masyarakat setempat.

7. Simbol Sejarah dan Peradaban Islam di Aceh

Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan Islam dan saksi bisu penyebaran Islam di Aceh sejak zaman kerajaan.

Dengan segala keunikan ini, Masjid Kuno Beuracan menjadi salah satu warisan budaya yang sangat berharga di Aceh dan Indonesia. []



Lebih baru Lebih lama