Sumber: lamurionline.com |
Oleh: Siti Hajar
Sebelum masuknya Islam, Kerajaan Lamuri
diperkirakan menganut kepercayaan Hindu-Budha, seperti banyak kerajaan maritim
lainnya di Nusantara. Namun, sekitar abad ke-12 hingga ke-13, Islam
mulai masuk dan menyebar di wilayah ini melalui jalur perdagangan. Lambat laun, pengaruh Islam mengubah wajah
Kerajaan Lamuri, baik dari segi budaya, hukum, hingga sistem pemerintahan.
Proses islamisasi ini menjadi tonggak penting yang
kemudian mendorong munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, termasuk Kerajaan
Samudera Pasai dan Kesultanan Aceh Darussalam. Lamuri yang sebelumnya berdiri
sendiri, akhirnya melebur ke dalam Kesultanan Aceh yang lebih besar dan lebih
kuat di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah pada awal abad ke-16.
Pengaruh
Lamuri dalam Aceh Hari Ini
Meskipun Kerajaan Lamuri tidak lagi berdiri, pengaruhnya tetap terasa dalam
kehidupan masyarakat Aceh hingga sekarang. Beberapa hal yang masih terlihat
jelas antara lain:
Jejak Sejarah dan Situs Arkeologi. Banyak peninggalan sejarah seperti
benteng, makam kuno, dan situs arkeologi di kawasan Lamreh, Aceh Besar. Nama
“Lamuri” masih digunakan sebagai identitas dalam beberapa nama tempat di Aceh.
Lamuri banyak yang berpendapat dari kata Indrapuri.
Identitas Islam yang Kuat. Proses islamisasi yang dimulai sejak masa
Lamuri menjadi fondasi bagi kuatnya nilai-nilai Islam dalam budaya Aceh hingga
saat ini. Syariat Islam yang diterapkan di Aceh merupakan kelanjutan dari peran
besar kerajaan-kerajaan Islam terdahulu.
Kebudayaan dan Tradisi. Beberapa adat dan tradisi Aceh, seperti sistem
pemerintahan mukim dan gampong, memiliki jejak dari struktur kerajaan
terdahulu. Seni, sastra, dan hikayat Aceh sering kali merujuk pada sejarah
kerajaan-kerajaan lama, termasuk Lamuri.
Pusat Peradaban Maritim. Sejak era Lamuri, Aceh telah menjadi pusat
perdagangan maritim yang penting, dan hingga kini, Aceh tetap memiliki posisi
strategis di Selat Malaka.
Mewariskan Sejarah Lamuri kepada Generasi Muda
Sayangnya, tidak banyak yang mengenal sejarah Kerajaan Lamuri dibandingkan
dengan Kesultanan Aceh atau Samudera Pasai. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk menggali dan mendokumentasikan kembali sejarah ini agar tidak hilang
ditelan zaman.
Dengan ini saya sebagai penulis artikel ini mengajak adik-adik rekan yang
nantinya akan melanjutkan sejarah, galilah sejarah, pelajari dan teruskan ini untuk
generasi selanjutnya dengan: Mengunjungi
situs-situs sejarah dan mempelajari lebih lanjut tentang Lamuri. Menulis dan
membagikan cerita sejarah kepada anak-anak dan masyarakat luas. Mempromosikan
sejarah Aceh dalam pendidikan, media sosial, dan budaya populer.
Dengan memahami sejarah Lamuri, kita tidak hanya mengenang masa lalu,
tetapi juga memahami bagaimana peradaban Aceh berkembang hingga saat ini.
Kerajaan Lamuri meninggalkan jejak sejarah yang masih dapat ditemukan di
beberapa lokasi di Aceh, khususnya di Aceh Besar. Berikut adalah beberapa
lokasi yang diyakini berkaitan dengan Kerajaan Lamuri serta kapan situs-situs
tersebut ditemukan atau mulai diteliti:
1. Situs
Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Situs ini sudah lama dikenal oleh
masyarakat setempat, namun penelitian arkeologi secara intensif dilakukan sejak
awal 2000-an. Benteng-benteng kuno yang diyakini sebagai bagian dari pertahanan
Kerajaan Lamuri. Struktur bangunan batu yang mirip dengan situs di Samudera
Pasai. Temuan artefak seperti keramik, batu nisan kuno, dan peralatan
perdagangan.
Lokasi ini
diyakini sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Lamuri sebelum melebur ke
Kesultanan Aceh.
2. Makam Tua
di Kandang Aceh, Banda Aceh
Makam-makam ini telah lama dikenal, tetapi
penelitian mendalam dilakukan pada abad ke-20 oleh para sejarawan. Batu nisan
dengan aksara Arab dan motif khas abad ke-13 hingga 15. Bukti keberadaan
tokoh-tokoh Islam awal di Aceh.
Diyakini sebagai makam para pemimpin awal Islam di Aceh yang kemungkinan
memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Lamuri.
3. Situs Indrapurwa, Kecamatan Krueng Raya, Aceh
Besar
Penelitian
mulai gencar dilakukan sejak awal 2010-an. Struktur bangunan batu yang diduga bekas tempat ibadah Hindu-Buddha sebelum
Islam datang. Fragmen arca dan relief yang mengindikasikan pengaruh peradaban
awal.
Menggambarkan peralihan dari pengaruh Hindu-Buddha ke Islam di wilayah
Kerajaan Lamuri.
4. Benteng Inong Balee, Krueng Raya
Benteng ini sudah diketahui sejak masa
kolonial Belanda, tetapi penelitian mendalam dilakukan lebih belakangan. Struktur
benteng pertahanan yang diyakini pernah digunakan sejak era Lamuri hingga
Kesultanan Aceh. Bukti adanya sistem pertahanan maritim di pesisir Aceh.
Menunjukkan peran strategis wilayah ini dalam pertahanan kerajaan di masa
lalu.
5. Situs Peninggalan di Gampong Lamnga, Aceh Besar
Beberapa temuan arkeologi mulai mendapat
perhatian sejak 2015. Batu nisan dan struktur bangunan tua yang berhubungan
dengan masa awal Islamisasi Aceh. Artefak yang menunjukkan hubungan dagang
dengan pedagang asing.
6 Masjid Tua Indrapuri di Aceh Besar. Mesji
ini juga bukti jejak peradaban Kerajaan Lamuri yang mengalami transformasi dari
kepercayaan Hindu-Buddha ke Islam. Awalnya diduga sebagai kompleks candi atau
istana pada abad ke-12, bangunan ini kemudian diubah menjadi masjid pada masa
Kesultanan Aceh, terutama di era Sultan Iskandar Muda. Struktur bertingkatnya
yang menyerupai punden berundak menunjukkan pengaruh arsitektur Hindu-Buddha
yang masih melekat, sementara fungsinya sebagai tempat ibadah mencerminkan
kuatnya Islamisasi di Aceh.
Selain menjadi pusat keagamaan, masjid ini
juga berperan dalam perjuangan melawan kolonial Belanda dan kini menjadi situs
sejarah yang menggambarkan perjalanan panjang Aceh dari masa kerajaan hingga
era modern.
Jejak Kerajaan Lamuri tersebar di berbagai titik di Aceh Besar, terutama di
kawasan pesisir dan strategis seperti Lamreh, Krueng Raya, dan Kandang Aceh.
Situs-situs ini menunjukkan bahwa Lamuri adalah kerajaan maritim yang maju dan
memiliki pengaruh besar dalam sejarah Aceh.[]